Oleh : Ustadz Ir H Didik Udiyono
Sebagai lanjutan kajian sebelumnya, coba kita lihat kembali dan kita bayangkan bagaimana Alloh menakut-nakuti manusia lewat fenomena gerhana baik mahatahari maupun bulan, dan bagaimana kita meresponnya, dibagian manakah kira-kira posisi kita dan bagaimanakan tindakan kita dalam merespon peringatan tersebut? Sebentar lagi menurut informasi masih ada gerhana lagi dalam waktu dekat ini yakni insyaAlloh tanggal 26 juni 2010. Kita perlu mengantisipasi dengan baik, jangan sampai kita tidak faham dan tidak peduli atau bahkan menghiraukan peristiwa yang merupakan peringatan Alloh subhanahu wa ta'ala. Maka dari itu mari kita dirikan sholat khauf(gerhana) saat terjadi gerhana mendatang pada tanggal tersebut di masjid-masjid sebagai rasa takut akan peringatan Alloh.
Disini kita perlu mengevaluasi diri dibagian manakah kita berada? Karena Alloh telah menegaskan bahwa nilai hidup dan matinya seseorang tergantung kepada siapa ia bergantung terutama ketika ia diuji. Tentunya harapan kita adalah mudah-mudahan Alloh membantu dan menggiring atau mengarahkan kita kepada jalan-Nya. Terutama ketika manusia menjalani proses kematian kita diajarkan Rosululloh sebagaimana hadits nabi dari Nu’aim, Wailah bin Al Aqsho, Rasululloh bersabda:
Laqqinu mautakum bi laa ilaaha illalloh, wabasysyiru bil jannati, fainnal haliima minarrijali wannisaa yatakhoyyaru inda dzalika al masyru, wa innasysyaithana ya’ti ahadakum inda mautihi wa yumtahiununa.(Talqinkan orang yang akan mati diantaramu dengan kalimah Laa ilaaha illalloh bahagiakanlah mereka dengan surga, sesungguhnya orang penyantun dari laki-laki dan perempuan akan memilih ketika mereka mendapat kebingungan dan sesungguhnya syaithon pun akan mendatanginya ketika ajal menjemputnya dan mereka akan diuji terus). Sakarotul maut merupakan ujian paling berat selama hidup bagi setiap mahluq, mereka merasakan sakit yang luar biasa dan merasa sangat kebingungan. Disinilah dimana manusia saat menghadapi kebingungan maka syaithon akan mendatangi mereka, ketika ajal menjemputnya, mereka akan diuji terus dan syaithon semakin mengganggunya. Namun tingkatannya berbeda-beda bagi setiap manusia, spt sabda Nabi: “Sesungguhnya kematian ada kepedihannya”. Namun tingkat kepedihan setiap orang berbeda-beda. (At Tadzkirah Fi Ahwali Al Mauta Wa umuri Al Akhirah (1/50-51).
Sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Oleh karena itu hendaklah kita mengajarkan orang yang akan meninggal dengan kalimat talqin, “laa ilaaha illa Alloh” demi menyelamatkan orang yang kita sayangi menghadapi sakaratul maut agar terhindar dari gangguan iblis. Selompok iblis dan syaithon akan mengganggu manusia ketika sakaratul maut, dan ingatlah iblis hanya bisa mengganggu orang yang lemah imannya, maka bertawakallah kpd Alloh dengan sebenar-benar takwa. Sebagaimana firman Alloh :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
(Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithon. Sesungguhnya syaithon itu musuh yang nyata bagimu).(Qs. Al Baqoroh 2: 208).
Dan ingat juga nasihat Alloh yang sering disampaikan oleh para khotib diatas mimbar Jum'ah yang merupakan pengatan keras bagi orang-orang beriman untuk bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa dan jangan sampai kita mati dalam keadaan kafir, sebagaimana firmanNya dalam surat Ali Imron 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
(Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam).
Dan pertanyaannya sekarang bagaimana dengan orang muslim yang tidak pernah sholat, apa perlu di tuntun ketika mau mati dengan ditalqinkan? Jawab Ustadz, ada di zaman Rosululloh seorang anak yahudi yang mau mati maka Rosul masih menawarkan untuk taslim, masuk Islam. Hal ini menegaskan akan pentingnya terus menerusnya kita mentalqinkan orang yang akan mati. Karena menjadi hak Alloh untuk menetapkan kalimat tsabit yang menghunjam dirinya dengan kalimat thoyyibah, sebagaimana dalam Al-Qur'an surat Ibrohim ayat 27 Alloh berfirman :
يُثَبِّتُ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللّهُ مَا يَشَاءُ
(Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Alloh menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki).
Betapa pentingnya pada situasi yang menakutkan itu, seorang muslim hendaknya perlu menegakkan wasilah bahwa yang hidup ini perlu memperhatikan orang lain. Kemudian pertanyaan berikutnya bagaimana dengan menghadiahi orang yang mati dengan membacakan al Fatihah? Ustadz menjawab bahwa ditinjau dari segi syariah, hal itu tidak disyariatkan dan Rosululloh juga tidak mencontohkan, tetapi Rosululloh hanya memerintahkan untuk selalu mendoakan kepada si mati, dan disini al-Fatihah bukanlah termasuk doa. Oleh karena itu maka yang demikian ini bisa dikategorikan bid’ah. Namun dikalangan orang-orang yang menyatakan sebagai thoriqoh sering malakukan hal tersebut dengan maksud untuk menghadiahkan atau mengirimkan bacaan al-Fatihah tersebut kepada si mati, hal ini biasa dilakukan karena mereka tidak mengenal bid’ah. Dan bagi orang yang telah berkecamuk dengan hal tersebut maka akan sulit meninggalkannya. Dalam dunia thoriqoh menghadiahkan al-Fatihah bertujuan untuk masuk dalam proses penampakan, kontak atau aji pameling. Maka hal inilah yang harus kita sikapi dengan hati-hati.
Wallohu a’lam bish-showab.
(Arifie - Deden)
WASPADAI SYETAN SAAT SAKAROTUL MAUT
Diposting oleh
roy z
, Kamis, 28 Januari 2010 at 16.47, in
Label:
sakarotul maut
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar